Selasa, 16 Desember 2008

PEDULI SAMPAH

APAKAH MANUSIA SUDAH SADAR?
I. PENDAHULUAN
Setiap makluk hidup memproduksi sisa metabolisme setiap hari. Begitu juga dengan manusia setiap hari manusia menghasilkan gas CO2, tinja dan air seni sebagai sisa metabolisme.[1] Tidak hanya itu, untuk memenuhi aktifitas hidupnya manusia juga memproduksi suatu bahan sisa yang terbuang dan belum memiliki nilai ekonomis.[2] Bahan sisa inilah yang kemudian disebut sebagai sampah. Setiap hari manusia bisa memproduksi ssampah tidak terhitung jumlahnya. Tidak jarang, sampah ini menimbulkan permasalahan dalam kehidupan manusia, misalnya saat sampah mulai menggunung dan tidak segera dibersihkan maka akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Oleh karena itu, paper ini akan membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sampah yang menimbulkan bau tidak sedap. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam paper ini adalah alasan mengapa sampah yang menggunung dan tidak segera dibersihkan bisa menimbulkan bau yang tidak sedap, metode yang digunakan untuk menganggulangi sampah agar tidak menyebabkan bau yang tidak sedap, sikap hidup warga asrama dalam menghadapi sampah yang baunya tidak sedap, kajian teologis terhadap sikap hidup warga asrama saat berhadapan dengan sampah, refleksi teologis dan penutup.

II. MENGAPA SAMPAH YANG MENGGUNUNG BISA MENIMBULKAN BAU YANG TIDAK SEDAP?
Sampah berasal dari berbagai macam benda sisa aktifitas manusia. Sampah yang dihasilkan oleh manusia dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu sampah organik, sampah anorganik dan sampah berbahaya. Sampah organik adalah sampah yang bisa diurai kembali oleh tanah, misalnya: sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah, sisa buah dll. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak bisa diurai kembali oleh tanah, misalnya: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol dll. Sampah jenis ini tidak bisa mengalami pembusukan sescara alami. Sampah berbahaya adalah sampah yang bisa membahayakan lingkungan maupun manusia, misalnya baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll. [3] Sampah menjadi sesuatu yang meresahkan manusia saat ia menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau tidak sedap ini berasal dari proses pembusukan sampah. Saat sampah sudah mulai menggunung dan tidak segera dibuang makaakan terjadi proses pembusukan sampah. Dalam proses ini hanya sampah organik saja yang bereaksi dan membusuk. Saat membusuk gas yang sering terbentuk adalah H2S. Gas ini merupakan gas pencemar yang berbau busuk.[4]
Hal lain yang menyebabkan sampah ini berbau busuk adalah manusia. Dengan sifat manusia yang malas membuat dirinya enggan untuk membersihkan sampah yang ada disekitarnya. Alhasil saat sampah mulai menggunung dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Hal ini tidak akan terjadi kalau sifat pemalas manusia dibuang jauh-jauh dangigantikan dengan sifat manusia yang rajin. Manusia yang rajin pasti akan membersihkan dan membuang sampah yang ada di sekitarnya sehingga tidak akan menimbulkan bau yang tidak sedap.
Selain itu, kesadaran manusia untuk menjaga kebersihan lingkungannya juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menanggapi permasalahan ini. Saat manusia tidak sadar akan pentingnya kebersihan lingkungannya maka ia akan bersikap masa bodoh ataupun acuh tak acuh tehadap kebersihan lingkungannya. Tetapi kalau manusia sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan maka manusia tidak perlu diperintah untuk membuang ataupun membersihkan sampah karena ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya.

III. BEBERAPA METODE PENAGGULANGAN SAMPAH
Menurut Danang (44 th) seorang tukang kebun asrama mengatakan bahwa sebelum diolah sampah yang ada harus dipilah-pilah terlebih dahulu sesuai dengan jenisnya. Setelah dipilah-pilah sampah akan ditanggulangi sesuai dengan jenisnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menaggulangi sampah organik antara lain penumpukan, pengkomposan pembakaran dan sanitary landfill.[5] Secara sederhana sebagai beberapa metode tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
a. Penumpukan
Dengan metode ini sampah tidak dimusnahkan secara langsung. Sampah dibiarkan membusuk dengan sendirinya sampai menjadi unsur organik. Metode ini merupakan jenis metode yang paling murah hanya dengan menumpuk sampah yang ada. Namun, memiliki resiko berjangkitnya penyakit, menyebabkan pencemaran terutama bau yang tidak sedap, kotoran dan sumber penyakit dana badan-badan air.[6]
b. Pengkomposan
Metode ini merupakan metode yang dapat menghasilkan kompos (pupuk) dan hanya dapat digunakan pada sampah organik terutama daun. Meurut Danang metode pengkomposan ini dapat dilakukan dengan mengunakan sebuah alat yang disebut dengan mesin pemecah daun. Jadi sampah dedaunan yang ada dimasukkan ke dalam mesin ini maka kemudian akan diperoleh potongan daun kecil-kecil. Potongan-potongan dan tersebut dikumpulkan dalam sebuah wadah dan dicampur dengan pupuk organic yang sudah jadi kemudian ditutup selama satu minggu. Setelah satu minggu maka potongan-potongan daun tadi sudah menjadi kompos.
c. Pembakaran
Metode ini dapat digunakan untuk sampah yang sekali dibakar bisa habis misalnya daun-daun kering, ranting-ranting dll . Dengan metode ini sampah yang ada kemudian dibakar sampai habis. Pembakaran harus diusahakan jauh dari pemukiman untuk menghindari pencemaran, bau dan kebakaran.
d. Sanitary landfill
Metode ini hamper sama dengan metode penumpukan. Hanya saja metode ini menggunakan cekungan tanah untuk mengubur sampah. Setelah sampah dimasukkan baru permukaannya ditutup dengan tanah. Metode ini memerlukan tanah yang luas agar bisa diperoleh hasil yang maksimal.
Adapun metode yang digunakan untuk menanggulangi sampah anorganik maupun sampah berbahaya adalah daur ulang. Metode daur ulang adalah metode yang digunakan untuk mengelola sampah padat. Metode ini memiliki rangkaian kegiatan sebagai berikut pemilahan, pengumpulan , pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau material bekas pakai.[7]
Ada cara lain yang bisa digunakan unuk meminimalisir bau sampah yang tidak sedap. menurut seorang satpam asrama yang bernama Nandhes (29 th) agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap maka tukang sampah harus mengambil sampah setiap hari. Selain itu, sebisa mungkin sampah harus ditempatkan pada tempat yang tertutup supaya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

IV. SIKAP HIDUP WARGA ASRAMA DALAM MENANGGAPI SAMPAH YANG BAUNYA TIDAK SEDAP
Di lingkungan asrama permasalahan mengenai bau sampah yang tidak sedap bukanlah hal yang baru lagi. Bau sampah yang kurang sedap ini biasanya berasal dari sampah yang menggunung di samping dapur, di depan kamar dll. Menurut Nandhes (29 th) seorang satpam asrama, bau sampah yang selama ini ada di samping dapur sangat menggangu terlebih bisa merusak selera makan seseoang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungan asrama maka ada tiga jenis tipe manusia yang digolongkan untuk menanggapi masalah ini. Tiga jenis tipe manusia terdebut antara lain: manusia yang masa bodoh, manusia yang suka berkomentar dan manusia yang melakukukan tindakan.
Tipe manusia yang masa bodoh adalah mereka yang lebih memilih diam daripada berkomentar ataupun melakukan sebuah tindakan. Pemikiran tipe ini lebih didasarkan kepada membersihkan sampah bukan merupakan kewajiban mereka karena nanti pasti aka nada orang yang akan membuangnya baik itu teman mereka maupun para pekerja asrama. Tipe manusia yang suka berkomentar. Tipe ini layaknya sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa “ No Action Talk Only” maksudnya jenis tipe ini lebih suka berkomentar atau berbicara daripada melakukan sebuah tindakan. Jenis tipe yang ketiga adalah tipe yang melakukan tindakan. Tipe ini tidak perlu menggunakan peraturan lagi untuk membuang sampah pada tempatnya atau membuang sampah yang sudah menggunung pada cerobong sampah. Tipemanusia yang seperti ini sudah mengetahui apa yang harus mereka lakukan saat berhadapan samaph maupun sampah yang menggunung dan baunya tidak sedap.
Berdasarkan pengamantan yang dilakukan dari ketiga jenis tipe manusia tersebut, jenis tipe manusia yang masa bodoh menempati urutan pertama dengan peminat yang lebih banyak dari pada dua jenis tipe manusia yang lain. Pada urutan kedua ditempati oleh jenis tipe manusia yang suka berkomentar dan pada urutan ketiga dengan peminant sedikit ditempati oleh jenis tipe manusia yang suka melakukan tindakan.

V. KAJIAN TEOLOGIS TERHADAP SIKAP HIDUP WARGA ASRAMA
Dalam Kejadian 1:27-28 dikisahkan mengenai hubungan Allah dengan manusia sebagai makhluk ciptaanNya. Dalam ayat 27 dikisahkan bahwa “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” Saat manusia diciptakan segambar dengan Allah maka terjalin suatu hubungan yang spesial antara Allah dengan manusia jika dibandingkan dengan hubungan Allah dengan ciptaan yang lainnya. Hubungan special yang terjalin antara Allah dengan manusia memberikan tanggung jawab atas ciptaanNya (Kejadian 1:28). Manusia diberi tanggung jawab oleh Allah untuk “menaklukkan” bumi dan “berkuasa” atas semua makhluk hidup.[8] Perintah untuk menaklukkan ataupun mengusai bumi mengisyaratkan bahwa Allah memberikan kuasa yang begitu mutlak kepada manusia atas segala ciptaanNya. Akan tetapi, setelah diteliti secara eksegetis kata itu berarti “pengusahaan” bukan kuasa yang mutlak atas bumi.
Jika penjelasan mengenai Kejadian 1:27 -28 direlevansikakan dengan sikap hidup warga asrama saat menanggapi permasalahan sampah yang menimbulkan bau tidak sedap maka sikap hidup warga asrama yang sebagian besar besikap masa bodoh berarti warga asrama tidak mengindahkan tanggung jawab yang telah diberikan Allah kepada manusia untuk mengusahakan bumi. Saat Allah memberikan tanggung jawab untuk mengusahakan bumi maka dengan sendirinya hendaknya manusia yang menerima tanggung jawab tersebut melihara dan menjaga bumi. Warga asrama ternyata kurang sadar akan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah ini.
Jika warga asrama mau berhenti sejenak dan merefleksikan akan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah ini maka sebenarnya permasalahan mengenai pencemaran lingkungan berkenaan dengan bau sampah yang tidak sedap ini tidak akan terjadi. Walaupun sebenarnya sampah organik memang mengalami proses pembusukan yang menghasilkan gas H2S yang baunya tidak sedap. Pada kenyataannya manusia sebenarnya tahu kalau sampah yang dibiarkan menggunung dan tidak segera dibersihkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Saat manusia mengetahui hal ini hendaknya manusia bersikap kreatif dan segera menanggani sampah sebelum sampah mengurai dan menmbulkan bau yang tidak sedap.
Dengan begitu maka ibarat sebuah peribahasa sekali merengkuh dua tiga pulau terlampaui, manusia bisa mempertanggung jawabakan perintah yang diberikan oleh Allah sekaligus bisa menjaga kebersihan lingkungan melalui kepeduliannya terhadap sampah.

VI. REFLEKSI TEOLOGIS
Jika direfleksikan ternyata akar permasalahan dari sampah yang menyebabkan bau tidak sedap adalalah manusia. Manusia sebagai tersangka utama penyebab permasalahan ini terjadi. Saat manusia mengetahi tanggung jawab yang diperintahkan Allah di dalam Kejadian 1:27-28 maka permasalahan ini sebenarnya tidak perlu terjadi karena pada dasarnya manusia sudah mengetahui cara menanggulangi sampah agar tidak menyebabkab pencemaran terutama bau yang tidak sedap. sebagai langkah awal untuk menaggulango permasalahan ini hendaknya manusia memulainya dari dirinya sendiri terlebih dahulu. Saat orang lain melihat tindakan yang diperbuat oleh seorang manusia ini maka akan mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

VII. PENUTUP
Ternyata selama ini manusia kurang sadar akan dirinya sendiri. Saat manusia menyadari dirinya sendiri berkenaan dengan tanggung jawabnya sebagai makhluk yang diciptakan segambar dengan Allah maka permasalahan yang terjadi pada manusia berkenaan dengan bau yang disebabkan oleh bau yang tidak sedap ini sebenarnya tidak perlu terjadi.























DAFTAR PUSTAKA

Deane, Celia dan Drummond. 1999, Teologi dan Ekologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Soemarwoto, Otto. I983, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

http://www.jala-sampah.or.id/ diakses pada tanggal 25 April 2008.

[1] Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. (Jakarta: Djambatan,1983), hal.234.
[2] http://www.jala-sampah.or.id/ diakses pada tanggal 25 April 2008.
[3] Ibid.
[4] Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. (Jakarta: Djambatan,1983), hal.234-235.
[5] http://www.jala-sampah.or.id/ diakses pada tanggal 25 April 2008.

[6] http://www.jala-sampah.or.id/ diakses pada tanggal 25 April 2008.
[7] Ibid.
[8] Celia Deane dan Drummond, Teologi dan Ekologi. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), hal. 19.

1 komentar:

Esaol Agustriawan mengatakan...

Thhx ya daha da artikel and picnya.

tabik,
esaol